Oleh: Herli Salim
Paguyuban Pasundan (Pandan) menyelenggarakan acara Family Gathering pada hari Minggu, 26 September 2010 bertempat di Konjen RI Melbourne. Cuaca hari itu benar-benar mendukung: ada matahari, kehangatannya sampai dengan 20 derajat. Hal ini lah yang mendorong keputusan panitia Pandan sehingga acara diselenggarkan di luar ruangan yaitu di pelataran parkir sebelah timur kantor Konjen RI Melbourne.
Waktu menunjukan pukul 10.30, mobil Pak Ade Faesal, Ketua Pandan tiba didampingi oleh Kang Herli, Di pelataran parkir timur baru sedang tampak kesibukan luar biasa. Ada yang sedang menata meja buat jualan, ada yang membawa kursi buat tempat duduk peserta. Kang Ekki, Cepy, Aam dan Romi terlihat sibuk mengatur ‘sound system’ dan memasang ‘in-focus”. Semua jalan dengan kesibukannya sendiri-sendiri, semua asyik dengan kesibukan dan perannya. Semua mengambil inisiatiaf demi lancarnya acara ini. Pak Ade Faesal, terlihat hilir mudik melihat dan mengatur kendaraan yang masuk supaya tidak menjadi masalah. Dari kejauhan Kang Didin sedang mematut-matutkan meja tempat penerima tamu dan tempat pendapataran anggota Pandan. Ia kelihatan langsung menduduki meja dan kursi yang telah ia siapkan sendiri. Pinter nya Kang Didin…
Hiruk pikuk peserta yang hendak ikutan dagang menjadi tambah meriah. Tiba-tiba ada senandung ….“ Neng Geulis pujaan engkang… Neng Geulis engkang hoyong tepang upami teu aya pamengan langkung sae, urang tunangan… eta saha anu acuk beurum … eta saha anu acuk bodas… pipi koneng…irung mancung… ….mojang Bandung” demikian suara merdu Romi bersenandung sambil menabuh gendang. Kemeriahaan suasana sedang bertambah hangat. Apalagi sang mentari mulai menyinari bumi konjen dan menghangatkan orang-orang yang berada di dalamnya. Duh makin hangat suasananya! Beberapa orang Panitia Pandan tampak sudah berani membuka jaketnya, sehingga tampak ‘dress code’ panitia ke atas warna putih dank e bawah celana blue jeans. Para undangan mulai datang berduyun-duyun, dan mulai melihat-lihat makanan yang dijajakan di meja-meja. Semua mengundang selera.
Hariring Sunda terus mengiringi i dan membuai hadirin.Mereka terlena dengan suasana. Banyak yang sudah tidak tahan. Mualailah mereka jajan. Di satu sisi ada makanan ‘hot food’, ada siomay bikinan Teh Nety, batagor Teh Diana, mie bakso Teh Ita, Teh Bida jajakan nasi kuning. Teh Anceu dan Teh Inda menjadi kasir untuk bagian ini. Ada juga Teh Yati yang sedang melukis wajah anak-anak: ‘face painting’. Di sisi lain ada kue-kue, seperti pisang aroma, rujak, cendol, kelepon, kurupuk ojay, cilok, martabak, dll. Teh Dian kasir untuk bagian ini. Duduk berderet menjagai meja ada Tante Rosida, Bunda Tina, Teh Sri, Teh Taty. Semua masakan khas dan jajanan Sunda. Sambil menikmati makanan sambil bernostalgia ke kampong halaman di tatar Sunda dan bisa juga sambil jalin silaturahmi sesama sanak keluarga dan kenalan.
“Saya sebetulnya ditodong untuk nyanyi, dan sebenarnya saya datang kesini hanya mau jajan saja. Namun saya juga personil Indo Monashis, ga bisa nolak ajakan Kang Ekki untuk tampil nyanyi di acara Sunda Monashis acara Paguyuban Pasundan ” urai Rupy sebelum menyanyikan lagu Sunda “ Neng Geulis”, Indo Monashis Band memang sudah malang melintang alias tenar dan akarab di para kaula muda Indo Melbournian dan dapat dikatakan bahwa Sunda Monashis itu ‘turunan’-nya. Mengalunlah Rupy membawakan lagu Sunda, ia diiringi oleh Kang Ekki di keyboard, Cepy dan Aan pada petikan gitar, Kang Stewart di drum dan Romi di kendang….Suasana makin meriah, dan makin siang udara makin terasa panas seiring makin panasnya matahari spring yang memeluk bumi konsulat.
“ Selamat datang, welcome …. wilujeng sumping sadayana” sapa pembawa acara yang dibawakan oleh Fadya Nugraha . “ Silakan hadirin menikmati jajanan dengan terlebih dahuku mendapatkan kupon di kasir sebelah kiri untuk makan ‘hot food’ dan kue-kue di sebelah kanan. Untuk hot food bisa berhubungan dengan Teh Inda dan Teh Aceu, untuk kue silakan menghubungi Teh Dian. Demikian penjelasan Fadya dengan gamblangnya.
Seusai lagu Sunda, tampilah tarian tunggal Amani Faesal. Amani merupakan putri sulung Pak Ade Faesal. Ia menari dengan lincahnya, diiringi musik. Bunyi suara gendang ….plak…plak..plak dung …plak…plak..plak… dung… serasi benar gerakan kaki, gemulai tangan dan liukan badan Amani. Ia menari dengan sesekali mengibaskan kipas yang ia pegang. Para penonton sangat dekat mengamati keindahan tarian. Ini mungkin terjadi karena konsep hiburan adalah pesta rakyat. Tidak ada panggung. Dekat dan akrab . Tidak ada jarak. Namun terasa sangat penuh kehangatan dan para penonton membaur sekali antara satu penonton dengan penonton yang lainnya. Gimana layaknya rakyat kebanyakan bila menyelenggarakan pesta.
“ Es lilin mah ceuceu…. Kalapa muda ….dibantun mah ceuceu… didorong-dorong….” Suara Ceu Yati yang merdu mengiringi angklung dan band. Kang Ekki menjadi konduktor dalam mengatur perpaduan dua jenis musick. Benar-benar bagus. “ That’ wonderful” kata seorang bule cewek yang matanya lekat memperhatikan perpaduan music angklung dengan instrument band modern. Nun jauh disana di saung Mang Ujo Bandung diadakan juga workshop angklung dalam rangka memperingati 200 tahun kota Bandung. Di Melbourne warga asal Jawa Barat juga mengadakan hal yang sama, Kata Teh Nety memberikan penjelasan tentang musik angklung.
“Hadirin yang terhormat, marilah kita dengarkan sambutan Ketua Paguyuban Pasundan” Kata Fadya. Kemudian , Pak Ade Faesal membuka pidato dengan mengajukan suatu pertanyaan:
“Mengapa ayam kalau menyebrang jalan suka tidak tengok ke kiri dan ke kanan?” Kata Pak Ade mempersilakan hadirin untuk menjawabnya.
“ Ayam yang pemberani dan jagoan” kata penonton di satu sisi.
“Ayam yang tidak tahu aturan alias tidak sekolah” teriak penonton dekat pintu masuk.
“Ayam itu matanya sudah disamping jadi tidak usah larak – lirik” sergah penonton di barisan tengah.
“Terimaksih…terimakasih…atas semua jawabannya yang sangat mengagumkan. Namun menurut hasil penelitian para akhli yang paling mutakhir ayam yang nyebrang jalan tidak lurak-lirik adalah karena… Pak Ade diam sesaat mencoba menarik perhatian penonton… AYAM YANG SOMBONG… “ kata Pak Ade.
Hadirin banyak yang nyengir kuda. Namun terlihat dengan jelas bhawa hadirin mulai terkondisikan dan memperhatikan pembicara. Bukan memperhatikan makanan saja. Setelah terlihat hadirin memperhatikan pada pembicara. Pak Ade meneruskan sambutan. Ia mengucapkan terimakasih pada panitia Pandan atas terlaksananya kegiatan ini. Ucapan terimaksaih juga tertuju pada Ibu Mona Maria dan seluruh jajaran Konjen RI Melbourne. Tak lupa ia menghaturkan ucapan permohoan maaf atas nama organisasi kepada seluruh hadirin berkenaan dengan Idul Fitri. Ia mengakhiri sambutan untuk supaya penonton bisa terus mengikuti acara ini, selamat menikmati liburan, dan menikmati hidangan yang ada.
Kemudian Ibu Mona Maria sebagai acting Konjen, memberikan sambutan. Ia mengatakan “ selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin kepada seluruh warga Pandan, dan umumnya warga Melbourne. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan kerjasama yang baik antra KJRI Melbourne dengan warga asal Jawa Barat. Semoga kerjasama ini akan terus berlanjut di masa yang akan datang dan selamat berpesta rakyat ” demikian sambutan Bu Mona.
Seusai sambutan, maka diadakanlah worshop angklung. Kang Ekki memberikan arahan dan mengajak penonto untuk ikut berpartisipasi membunyikan alat music tradisional tersebut. Ia memberikan arahan secara jelas dan penonton dengan antusias melihat symbol nada yang ditayangkan di layar ‘ in-focus’, Semua terlihat senang membunyikan alat musik tradisional asal Jawa Barat ini. Tua-muda semua berbaur dan bergembira ria. Benar-benar pesta yang merakyat.
Hariring Bandung musik khas Sunda kembali terdengar dan menggugah rasa penonton. Terlihat Kang Tedy, Kang Siam, dan Kang Ekroman yang diikuti oleh Mbak Minuk sedang mengantri membeli bakso. Rupaya bakso hidangan Teh Ita menjadi salah satu makanan favorit penonton. Bu Tri Marjuki dan Pak Marjukinya juga tidak ketinggalan menikmati bakso. “ Mani asa di Bandung Euy ...enak baksona” kata seorang pembeli bakso memberikan komentar.
Pak Lucky, pemilik TV Nusantara Melbourne terlihat mewawancarai Kang Herli dan beberapa teman. Acara ini akan tampil di siaran TV Nusantara Melbourne, yang rutin tayang setiap minggu jam 8 pagi. Para tamu sedang sibuk berwisata kuliner, Kang Dayat dan Teh Lily sibuk berkeliling stand dan memborong beberapa makan kegemarannya , Kang D adang Sukardan lagi menghayati siomay. Mas Suady sedang menikmati bakso dengan khusunya, berjamah dengan Kang Jumhana dan Teh Yaya . Kang Siam , dan putrinya juga Neng Nurul serta ibunda-nya Teh Hany tidak ketinggalan menikmati bakso buatan Teh Ita. Semuanya sedang ‘menggoyang lidah’…Hem… sedap….
Pak Abukh tampil di sesi permainan tradisional anak-anak Sunda. Namanya “Perepet Jengkol”. Peserta empat orang saling mengkaitkan kaki kemudian secara berjinjit membuat gerakan memutar. Pak Abukh mengiringinya dengan ‘mantera’: “ perpet jengkol, jajahean, kacepet kohkol, jejeretean…” terus diulang-ulang. Sampai ada satu grup yang dinyatakan kalah yaitu yang ikatan kakinya lepas. Ini permainan tes ketahanan engsel kaki, apakah sudah leklok atau belum. Maklum banyak ‘pengeluaran’ ….
Dua grup tampil . Grup pertama Ibu-ibu: Teh Hany, Teh Ita, Teh Diana, dan Teh Rina. Grup kedua Pak Ade, Kang Bela, Pak Asep dan Kang Dion. Setelah semua kaki terkunci, maka mulailah Pak Abukh menyenandungkan “perepet jengkol jajahean kacepet kokhkol jejeretean” satu putran… masih kuat… dua putaran ternyata grup Bapa-bapa lepas ikatan kakinya. Jadi kalah. Pemenangnya grup Ibu-ibu, Hadiahnya coklat…ternyata orang tua juga senang diberi permainan ini. Mereka bilang nostalgia. Ingat jaman dulu sewaktu masih kecil. Semua bergelak tawa… semua senang… bahagia ….
Budi , Cepy, Kang Didin, dan lain-lain semua bergrtong royoong membereskan korsi dan meja, memasukkannya kembali ke ruang konjen, hingga semua rapih kembali. Suatu kekompakan yang tiada tara. Semua gotong royong, sabilulungan dasar gotong royong. Sabilulungan genteng ulah potong. Kata lagu Sunda, mengingatkan pentingnya kerjasama dan keutuhan silaturahim.
Sementara itu ‘in- focus’ terus menerus tampilkan program kerja Pandan . Terlihat ada program Easter Holiday untuk tahun depan akan ada program wisata ke Jawa Barat. Strategi dan tujuan Pandan juga terus-terusan tampil sehingga memberikan gambaran program kedepan bagi para anggota Pandan. Komplit dah.
“Paingan jualan minuman teu laku-laku, ieu gallon air konjen sampe kering kieu” Kata Kang Rizal yang mengeluhkan jualan air minumnya kurang laku. Soalnya penonton memilih minum gratis yang disediakan di ruang konjen. Kang Diski juga geleng-geleng kepala “ternyata kita salah strategi, mestinya air gallon ini jangan diisi dulu…” katanya mengusulkan sebuah ide. Semua panitia pada saling lempar guyon dan canda, minuman banyak yang tidak laku. Beberapa krat aqua kecil dibeli dengan cara’ tukar guling’ oleh Teh Ita. “ Encer …” kata Teh Ita sambil mengeluarkan uang buat bayar sisa minuman yang tidak laku. Pak Osra demikian baik hati membawakan aqua tersebut ke mobil Teh Ita. Nuhun Pak Osra.
“Spring is in the air” demikian lirik lagu yang memuja keindahan suasana di musim semi. Saat merekahnya bunga-bunga, pepohonan mulai berdaun, burung-burung bernyanyi riang dan sang mentari menebarkan kehangatan, dan cuaca benar-benar sejuk di musim ini. Seperti sejuknya harapan semua pengurus Pandan terhadap acara yang sangat sukses ini. Semoga acara tahun depan lebih sukses lagi. “Spring is in the air” mari kita jelang kegiatan lain dan sampai jumpa di spring tahun depan… semoga…
Wilujeng Sumping di Blog Paguyuban Pasundan Melbourne-Victoria.
Blog ieu didamel kanggo ngaraketkeun urang sunda nu aya di Victoria khususna, sareng sakumna urang sunda nu aya di Australia.
Paguyuban Pasundan di Melbourne teh komunitas nu merhatoskeun pisan kana kalungguhan budaya Sunda utamina di antawis komunitas-komunitas nu aya di Australia
Mangga diantos ka para wargi nu minat kanggo nulis di ieu blog tiasa ngahubungi
para pangurus:
pangurus_pandan@yahoogroups.com
Kanggo Milis anggota:
pasundan_victoria@yahoogroups.com
Nuhun |
Subscribe to:
Posts (Atom)