Wilujeng Sumping di Blog Paguyuban Pasundan Melbourne-Victoria.

Blog ieu didamel kanggo ngaraketkeun urang sunda nu aya di Victoria khususna, sareng sakumna urang sunda nu aya di Australia.

Paguyuban Pasundan di Melbourne teh komunitas nu merhatoskeun pisan kana kalungguhan budaya Sunda utamina di antawis komunitas-komunitas nu aya di Australia    

Mangga diantos ka para wargi nu minat kanggo nulis di ieu blog tiasa ngahubungi para pangurus:
pangurus_pandan@yahoogroups.com

Kanggo Milis anggota:

pasundan_victoria@yahoogroups.com

Nuhun

New Article

jdfgksjhdfk.ghs.kjfhg.sjfhg.
sdf,mnhs,mfng,smnf,gsn

Family Gathering Paguyuban Pasundan

Oleh: Herli Salim

Paguyuban Pasundan (Pandan) menyelenggarakan acara Family Gathering pada hari Minggu, 26 September 2010 bertempat di Konjen RI Melbourne. Cuaca hari itu benar-benar mendukung: ada matahari, kehangatannya sampai dengan 20 derajat. Hal ini lah yang mendorong keputusan panitia Pandan sehingga acara diselenggarkan di luar ruangan yaitu di pelataran parkir sebelah timur kantor Konjen RI Melbourne.


Waktu menunjukan pukul 10.30, mobil Pak Ade Faesal, Ketua Pandan tiba didampingi oleh Kang Herli, Di pelataran parkir timur baru sedang tampak kesibukan luar biasa. Ada yang sedang menata meja buat jualan, ada yang membawa kursi buat tempat duduk peserta. Kang Ekki, Cepy, Aam dan Romi terlihat sibuk mengatur ‘sound system’ dan memasang ‘in-focus”. Semua jalan dengan kesibukannya sendiri-sendiri, semua asyik dengan kesibukan dan perannya. Semua mengambil inisiatiaf demi lancarnya acara ini. Pak Ade Faesal, terlihat hilir mudik melihat dan mengatur kendaraan yang masuk supaya tidak menjadi masalah. Dari kejauhan Kang Didin sedang mematut-matutkan meja tempat penerima tamu dan tempat pendapataran anggota Pandan. Ia kelihatan langsung menduduki meja dan kursi yang telah ia siapkan sendiri. Pinter nya Kang Didin…


Hiruk pikuk peserta yang hendak ikutan dagang menjadi tambah meriah. Tiba-tiba ada senandung ….“ Neng Geulis pujaan engkang… Neng Geulis engkang hoyong tepang upami teu aya pamengan langkung sae, urang tunangan… eta saha anu acuk beurum … eta saha anu acuk bodas… pipi koneng…irung mancung… ….mojang Bandung” demikian suara merdu Romi bersenandung sambil menabuh gendang. Kemeriahaan suasana sedang bertambah hangat. Apalagi sang mentari mulai menyinari bumi konjen dan menghangatkan orang-orang yang berada di dalamnya. Duh makin hangat suasananya! Beberapa orang Panitia Pandan tampak sudah berani membuka jaketnya, sehingga tampak ‘dress code’ panitia ke atas warna putih dank e bawah celana blue jeans. Para undangan mulai datang berduyun-duyun, dan mulai melihat-lihat makanan yang dijajakan di meja-meja. Semua mengundang selera.


Hariring Sunda terus mengiringi i dan membuai hadirin.Mereka terlena dengan suasana. Banyak yang sudah tidak tahan. Mualailah mereka jajan. Di satu sisi ada makanan ‘hot food’, ada siomay bikinan Teh Nety, batagor Teh Diana, mie bakso Teh Ita, Teh Bida jajakan nasi kuning. Teh Anceu dan Teh Inda menjadi kasir untuk bagian ini. Ada juga Teh Yati yang sedang melukis wajah anak-anak: ‘face painting’. Di sisi lain ada kue-kue, seperti pisang aroma, rujak, cendol, kelepon, kurupuk ojay, cilok, martabak, dll. Teh Dian kasir untuk bagian ini. Duduk berderet menjagai meja ada Tante Rosida, Bunda Tina, Teh Sri, Teh Taty. Semua masakan khas dan jajanan Sunda. Sambil menikmati makanan sambil bernostalgia ke kampong halaman di tatar Sunda dan bisa juga sambil jalin silaturahmi sesama sanak keluarga dan kenalan.


“Saya sebetulnya ditodong untuk nyanyi, dan sebenarnya saya datang kesini hanya mau jajan saja. Namun saya juga personil Indo Monashis, ga bisa nolak ajakan Kang Ekki untuk tampil nyanyi di acara Sunda Monashis acara Paguyuban Pasundan ” urai Rupy sebelum menyanyikan lagu Sunda “ Neng Geulis”, Indo Monashis Band memang sudah malang melintang alias tenar dan akarab di para kaula muda Indo Melbournian dan dapat dikatakan bahwa Sunda Monashis itu ‘turunan’-nya. Mengalunlah Rupy membawakan lagu Sunda, ia diiringi oleh Kang Ekki di keyboard, Cepy dan Aan pada petikan gitar, Kang Stewart di drum dan Romi di kendang….Suasana makin meriah, dan makin siang udara makin terasa panas seiring makin panasnya matahari spring yang memeluk bumi konsulat.


“ Selamat datang, welcome …. wilujeng sumping sadayana” sapa pembawa acara yang dibawakan oleh Fadya Nugraha . “ Silakan hadirin menikmati jajanan dengan terlebih dahuku mendapatkan kupon di kasir sebelah kiri untuk makan ‘hot food’ dan kue-kue di sebelah kanan. Untuk hot food bisa berhubungan dengan Teh Inda dan Teh Aceu, untuk kue silakan menghubungi Teh Dian. Demikian penjelasan Fadya dengan gamblangnya.


Seusai lagu Sunda, tampilah tarian tunggal Amani Faesal. Amani merupakan putri sulung Pak Ade Faesal. Ia menari dengan lincahnya, diiringi musik. Bunyi suara gendang ….plak…plak..plak dung …plak…plak..plak… dung… serasi benar gerakan kaki, gemulai tangan dan liukan badan Amani. Ia menari dengan sesekali mengibaskan kipas yang ia pegang. Para penonton sangat dekat mengamati keindahan tarian. Ini mungkin terjadi karena konsep hiburan adalah pesta rakyat. Tidak ada panggung. Dekat dan akrab . Tidak ada jarak. Namun terasa sangat penuh kehangatan dan para penonton membaur sekali antara satu penonton dengan penonton yang lainnya. Gimana layaknya rakyat kebanyakan bila menyelenggarakan pesta.

“ Es lilin mah ceuceu…. Kalapa muda ….dibantun mah ceuceu… didorong-dorong….” Suara Ceu Yati yang merdu mengiringi angklung dan band. Kang Ekki menjadi konduktor dalam mengatur perpaduan dua jenis musick. Benar-benar bagus. “ That’ wonderful” kata seorang bule cewek yang matanya lekat memperhatikan perpaduan music angklung dengan instrument band modern. Nun jauh disana di saung Mang Ujo Bandung diadakan juga workshop angklung dalam rangka memperingati 200 tahun kota Bandung. Di Melbourne warga asal Jawa Barat juga mengadakan hal yang sama, Kata Teh Nety memberikan penjelasan tentang musik angklung.


“Hadirin yang terhormat, marilah kita dengarkan sambutan Ketua Paguyuban Pasundan” Kata Fadya. Kemudian , Pak Ade Faesal membuka pidato dengan mengajukan suatu pertanyaan:

“Mengapa ayam kalau menyebrang jalan suka tidak tengok ke kiri dan ke kanan?” Kata Pak Ade mempersilakan hadirin untuk menjawabnya.

“ Ayam yang pemberani dan jagoan” kata penonton di satu sisi.

“Ayam yang tidak tahu aturan alias tidak sekolah” teriak penonton dekat pintu masuk.

“Ayam itu matanya sudah disamping jadi tidak usah larak – lirik” sergah penonton di barisan tengah.

“Terimaksih…terimakasih…atas semua jawabannya yang sangat mengagumkan. Namun menurut hasil penelitian para akhli yang paling mutakhir ayam yang nyebrang jalan tidak lurak-lirik adalah karena… Pak Ade diam sesaat mencoba menarik perhatian penonton… AYAM YANG SOMBONG… “ kata Pak Ade.


Hadirin banyak yang nyengir kuda. Namun terlihat dengan jelas bhawa hadirin mulai terkondisikan dan memperhatikan pembicara. Bukan memperhatikan makanan saja. Setelah terlihat hadirin memperhatikan pada pembicara. Pak Ade meneruskan sambutan. Ia mengucapkan terimakasih pada panitia Pandan atas terlaksananya kegiatan ini. Ucapan terimaksaih juga tertuju pada Ibu Mona Maria dan seluruh jajaran Konjen RI Melbourne. Tak lupa ia menghaturkan ucapan permohoan maaf atas nama organisasi kepada seluruh hadirin berkenaan dengan Idul Fitri. Ia mengakhiri sambutan untuk supaya penonton bisa terus mengikuti acara ini, selamat menikmati liburan, dan menikmati hidangan yang ada.


Kemudian Ibu Mona Maria sebagai acting Konjen, memberikan sambutan. Ia mengatakan “ selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin kepada seluruh warga Pandan, dan umumnya warga Melbourne. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan kerjasama yang baik antra KJRI Melbourne dengan warga asal Jawa Barat. Semoga kerjasama ini akan terus berlanjut di masa yang akan datang dan selamat berpesta rakyat ” demikian sambutan Bu Mona.


Seusai sambutan, maka diadakanlah worshop angklung. Kang Ekki memberikan arahan dan mengajak penonto untuk ikut berpartisipasi membunyikan alat music tradisional tersebut. Ia memberikan arahan secara jelas dan penonton dengan antusias melihat symbol nada yang ditayangkan di layar ‘ in-focus’, Semua terlihat senang membunyikan alat musik tradisional asal Jawa Barat ini. Tua-muda semua berbaur dan bergembira ria. Benar-benar pesta yang merakyat.

Hariring Bandung musik khas Sunda kembali terdengar dan menggugah rasa penonton. Terlihat Kang Tedy, Kang Siam, dan Kang Ekroman yang diikuti oleh Mbak Minuk sedang mengantri membeli bakso. Rupaya bakso hidangan Teh Ita menjadi salah satu makanan favorit penonton. Bu Tri Marjuki dan Pak Marjukinya juga tidak ketinggalan menikmati bakso. “ Mani asa di Bandung Euy ...enak baksona” kata seorang pembeli bakso memberikan komentar.


Pak Lucky, pemilik TV Nusantara Melbourne terlihat mewawancarai Kang Herli dan beberapa teman. Acara ini akan tampil di siaran TV Nusantara Melbourne, yang rutin tayang setiap minggu jam 8 pagi. Para tamu sedang sibuk berwisata kuliner, Kang Dayat dan Teh Lily sibuk berkeliling stand dan memborong beberapa makan kegemarannya , Kang D adang Sukardan lagi menghayati siomay. Mas Suady sedang menikmati bakso dengan khusunya, berjamah dengan Kang Jumhana dan Teh Yaya . Kang Siam , dan putrinya juga Neng Nurul serta ibunda-nya Teh Hany tidak ketinggalan menikmati bakso buatan Teh Ita. Semuanya sedang ‘menggoyang lidah’…Hem… sedap….


Pak Abukh tampil di sesi permainan tradisional anak-anak Sunda. Namanya “Perepet Jengkol”. Peserta empat orang saling mengkaitkan kaki kemudian secara berjinjit membuat gerakan memutar. Pak Abukh mengiringinya dengan ‘mantera’: “ perpet jengkol, jajahean, kacepet kohkol, jejeretean…” terus diulang-ulang. Sampai ada satu grup yang dinyatakan kalah yaitu yang ikatan kakinya lepas. Ini permainan tes ketahanan engsel kaki, apakah sudah leklok atau belum. Maklum banyak ‘pengeluaran’ ….


Dua grup tampil . Grup pertama Ibu-ibu: Teh Hany, Teh Ita, Teh Diana, dan Teh Rina. Grup kedua Pak Ade, Kang Bela, Pak Asep dan Kang Dion. Setelah semua kaki terkunci, maka mulailah Pak Abukh menyenandungkan “perepet jengkol jajahean kacepet kokhkol jejeretean” satu putran… masih kuat… dua putaran ternyata grup Bapa-bapa lepas ikatan kakinya. Jadi kalah. Pemenangnya grup Ibu-ibu, Hadiahnya coklat…ternyata orang tua juga senang diberi permainan ini. Mereka bilang nostalgia. Ingat jaman dulu sewaktu masih kecil. Semua bergelak tawa… semua senang… bahagia ….


Budi , Cepy, Kang Didin, dan lain-lain semua bergrtong royoong membereskan korsi dan meja, memasukkannya kembali ke ruang konjen, hingga semua rapih kembali. Suatu kekompakan yang tiada tara. Semua gotong royong, sabilulungan dasar gotong royong. Sabilulungan genteng ulah potong. Kata lagu Sunda, mengingatkan pentingnya kerjasama dan keutuhan silaturahim.


Sementara itu ‘in- focus’ terus menerus tampilkan program kerja Pandan . Terlihat ada program Easter Holiday untuk tahun depan akan ada program wisata ke Jawa Barat. Strategi dan tujuan Pandan juga terus-terusan tampil sehingga memberikan gambaran program kedepan bagi para anggota Pandan. Komplit dah.


“Paingan jualan minuman teu laku-laku, ieu gallon air konjen sampe kering kieu” Kata Kang Rizal yang mengeluhkan jualan air minumnya kurang laku. Soalnya penonton memilih minum gratis yang disediakan di ruang konjen. Kang Diski juga geleng-geleng kepala “ternyata kita salah strategi, mestinya air gallon ini jangan diisi dulu…” katanya mengusulkan sebuah ide. Semua panitia pada saling lempar guyon dan canda, minuman banyak yang tidak laku. Beberapa krat aqua kecil dibeli dengan cara’ tukar guling’ oleh Teh Ita. “ Encer …” kata Teh Ita sambil mengeluarkan uang buat bayar sisa minuman yang tidak laku. Pak Osra demikian baik hati membawakan aqua tersebut ke mobil Teh Ita. Nuhun Pak Osra.


“Spring is in the air” demikian lirik lagu yang memuja keindahan suasana di musim semi. Saat merekahnya bunga-bunga, pepohonan mulai berdaun, burung-burung bernyanyi riang dan sang mentari menebarkan kehangatan, dan cuaca benar-benar sejuk di musim ini. Seperti sejuknya harapan semua pengurus Pandan terhadap acara yang sangat sukses ini. Semoga acara tahun depan lebih sukses lagi. “Spring is in the air” mari kita jelang kegiatan lain dan sampai jumpa di spring tahun depan… semoga…

Booklet Paguyuban Pasundan September 2010


 

SUNDA

oleh Jayadi Paembonan

Mendengar kata “Sunda” pasti di dalam benak kita akan merujuk kepada yang namanya salah satu suku bangsa di Indonesia dan bahasa yang digunakannya tanpa tahu apa arti dan siapa yang memberikan kata tersebut. 


1. Arti dari istilah Sunda 


a. Arti “Sunda” dalam Bahasa Sansakerta 

Menurut Bahasa Sansekerta yang merupakan induk bahasa-bahasa Austronesia, terdapat 6 (enam) arti kata Sunda, yaitu sebagai berikut :

· Sunda dari akar kata “Sund” artinya bercahaya, terang benderang; 
· Sunda adalah nama lain dari Dewa Wisnu sebagai pemelihara alam; 
· Sunda adalah nama Daitya, yaitu satria bertenaga besar dalam cerita Ni Sunda dan Upa Sunda; 
· Sunda adalah satria wanara yang terampil dalam kisah Ramayana; 
· Sunda dari kata cuddha artinya yang bermakna putih bersih;

· Sunda adalah nama gunung dahulu di sebelah utara kota Bandung sekarang (Prof.Berg, juga R.P Koesoemadinata, 1959).



b. Arti “Sunda” dalam Bahasa Kawi

Dalam Bahasa Kawi terdapat 4 (empat) makna kata “Sunda”, yaitu:

· Sunda berarti “air”, daerah yang banyak air;
· Sunda berarti “tumpukan” bermakna subur;
· Sunda berarti “pangkat” bermakna berkualitas;
· Sunda berarti ”waspada” bermakna hati-hati.


c. Dalam Bahasa Jawa:
Dalam Bahasa Jawa arti kata “Sunda” adalah sebagai berikut:
· Sunda berarti “tersusun “ maknanya tertib;
· Sunda berarti “bersatu” ( dua menjadi satu) maknanya hidup rukun;
· Sunda berarti “angka dua” (cangdrasangkala), bermakna seimbang;
· Sunda, dari kata “unda” atau “naik”, bermakna kualitas hidupnya selalu naik;
· Sunda berasal dari kata “unda” yang berarti terbang, melambung, maknanya disini adalah semakin berkualitas.


d. Arti kata “Sunda” dalam Bahasa Sunda
Orang Sunda juga memiliki beberapa arti tentang kata “Sunda” itu sendiri, yaitu:
 Sunda, dari kata “saunda”, berarti lumbung, bermakna subur makmur;
· Sunda, dari kata “sonda”, berarti bagus;
· Sunda, dari kata “sonda”, berarti unggul;
· Sunda, dari kata “sonda”, berarti senang;
· Sunda, dari kata “sonda” berarti bahagia;
· Sunda, dari kata “sonda”, berarti sesuai dengan keinginan hati;
· Sunda, dari kata “sundara”, berarti lelaki yang tampan;· Sunda, dari kata “sundari”, berarti wanita yang cantik;
· Sunda, dari kata “sundara” nama Dewa Kamajaya: penuh rasa cinta kasih;
· Sunda berarti indah.

2. Purnawarman dan Istilah Sunda


Maharaja Purnawarman adalah raja Tarumanagara yang ketiga (395-434 M). Ia membangun ibukota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai. Dinamainya kota itu Sundapura, pertama kalinya nama "Sunda" digunakan. Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.

Kalau kita pahami dan mencerna lebih mendalam tentang arti-arti kata “Sunda” yangdiberikan oleh Purnawarman di atas nampaknya kita tidak menemukan sebuah arti jelek atau kurang baik. Selama ini banyak orang yang mengatakan apa arti sebuah nama?, namun ada juga orang yang mengatakan bahwa nama merupakan sebuah do’a. terlepas dari semuanya itu, yang pasti manusia secara mendasar tidak menginginkan sesuatu itu jelek atau buruk, mereka selalu mengharapkan kebaikan, keindahan atau kesempurnaan. Maka untuk itu Purnawarman yang memberikan nama istilah “Sunda”, tentunya menghendaki adanya kebaikan terhadap apa yang diberinya nama.

3. Hubungan nama dan pandangan hidupnya.
Tujuan dan harapan dari kata “Sunda” tetunya mengharapkan kebaikan dalam berbagai aspek di masyarakat. Hanya sebuah nama tentunya tidak akan berarti apabila tidak diiringi dengan pandangan hidup masyarakatnya yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mendukung dari nama yang baik itu tentunya masyarakat harus menciptakan norma-norma kemasyarakatan, agar tujuan dari pemberian nama tersebut dapat berhasil.

Norma-norma tersebut merupakan salah satu aspek dari pandangan hidup yang sudah barang tentu dimiliki oleh setiap kelompok masyarakat bahkan semua bangsa di muka bumi ini. Masalah pandangan hidup suatu bangsa merupakan persoalan yang sangat asasi bagi kekokohan dan kelestarian suatu bangsa. Karena, dalam pandangan hidup ini terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita‑citakan oleh sesuatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Pandangan hidup suatu bangsa merupakan suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.

Masyarakat Sunda sebagai kelompok masyarakat budaya yang sudah tua dan mampu bertahan hingga kini kiranya memiliki pandangan hidupnya sendiri dan dapat hidup dalam kemandiriannya di tengah-tengah masyarakat dan budaya lainnya. Pandangan hidup itu mencakup unsur-unsur tentang manusia sebagai pribadi, hubungan manusia dengan lingkungan masyarakatnya, hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan Tuhan, dan tentang manusia dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kepuasaan batiniah.

Munculnya pandangan hidup ini tentunya sebuah harapan agar terciptanya sebuah kesinambungan antara nama dengan tingkah laku masyarakatnya. Nama sunda yang sudah baik, tidak akan terlaksana baik apa bila masyarakatnya tidak memiliki pandangan hidup yang baik, padangan hidup ini harus menjadi sebuah norma sehingga masyarakatnya benar-benar mentaatinya dan tujuan akhirnya adalah tercipta kebaikan dalam masyarakatnya seperti apa yang tersirat dalam arti nama sunda.

4. Bagimana pandangan hidup orang Sunda mengatur hubungan antara manusia dengan sesama manusia, agar tujuan dari arti nama “Sunda” itu dapat tercapai?


1) Kawas gula jeung peueut
“seperti gula dengan nira yang matang”
artinya : hidup rukun sayang menyayangi, tidak pernah berselisih.

2) Ulah kawas seuneu jeung injuk
“jangan sepert api dengan ijuk”
Artinya: jangan mudah berselisih.agar pandai mengendalikan napsu-napsu negatif yang merusak hubungan dengan orang lain.

3) Ulah nyieun pucuk ti girang
“jangan merusak tunas dari hulu”
Artinya: jangan mencari bibit permusuhan

4) Ulah neundeun piheuleut ulah nunda picela
“jangan menyimpan jarak jangan menyimpan cela”
Artinya: jangan mengajak orang lain untuk melakukan kejelekan dan permusuhan.

5) Bisi aya ti geusan mandi
“kalau-kalau ada dari tempat mandi”
Artinya: segala sesuatu harus dipertimbangkan agar pihak lain tidak tersinggung.

6) Henteu asa jeung jiga
“tidak merasa sangsi dan ragu”
Artinya: sudah merasa seperti saudara, bersahabat

7) Yén ana perkara ajang dhéng buka (Jawa-Cirebon)
“jika ada perkara jangan dibuka”
Artinya: jika kita mengetahui sesuatu kejelekan orang lain, hal itu Janganlah disebarluaskan.

Kita melakukan suatu kebajikan ataupun kebaikan terhadap orang lain atau seseorang harus merupakan kesadaran dari diri kita sendiri, jangan sekedar terbawa­bawa saja, seperti tampak dalam contoh berikut ini:

8) Ulah rubuh-rubuh gedang
“jangan rebah seperti papaya”
Artinya: janganlah mengerjakan pekerjaan tanpa mengetahui apa maksud dan tujuannya, hanya karena orang lain melakukannya.

Penampilan tingkah laku orang Sunda dalam pergaulan hendaknya saling mencintai, saling menghargai, sopan-santun, saling setia dan jujur disertai kerelaan, sesuai ‘folkways’ yang mencakup aturan hidup/kehidupan sosial, sopan-santun, dan kesusilaan. Sebagaimana tampak dalam ungkapan berikut ini:

9) Ngadeudeul ku congo rambut
“memberi bantuan dengan ujung rambut”
Artinya: memberi sumbangan atau bantuan kecil, tetapi disertai kerelaan atau dengan ikhlas hati.

10)Pondok jodo panjang baraya
“pendek jodoh panjang persaudaraan”
Artinya: meskipun sebagai suami istri sudah berpisah, hendaknya persaudaraan tetap dilanjutkan/dipertahankan.

(ditambah ungkapan nomor 2)

Masyarakat Sunda sering menghindari hal-hal perselisihan, menghindari menghasut dan melibatkan orang lain ke dalam perselisihan, sebagaimana tampak dalam ungkapan Nomor 2,3, dan Selain itu, ada juga ungkapan sebagaimana berikut ini.

11) Ulah marebutkeun balung tanpa eusi
“jangan memperebutkan tulang tanpa isi”
Artinya: jangan memperebutkan perkara yang tidak ada gunanya’

12)Ulah ngadu-ngadu raja wisuna
“jangan membangkitkan amarah”
Artinya: jangan membangkitkan bibit kemarahan antara dua orang agar pecah persahabatannya/berpisah bersahabat.

Hidup rukun dan damai akan tercapai apabila dalam kehidupan bermasyarakat kita saling sayang-menyayangi, saling hormat-menghormati, dan tidak memancing keresahan dan kemarahan orang lain, seperti tampak pada ungkapan nomor 3 dan 7 di samping ungkapan berikut ini:

13) Ulah ngaliarkeun taleus ateul
“jangan menyebarkan talas gatal”
Artinya: jangan menyebarkan perkara yang dapat menimbulkan keburukan/keresahan.

Selain itu, di dalam proses interaksi sosial antara individu yang satu dengan individu lainnya, dalam masyarakat Sunda tidak boleh menyinggung perasaan orang lain yang akan mengakibatkan perpecahan di antara anggota masyarakat itu sendiri. Seperti terungkap dalam data nomor 5 dan ungkapan berikut ini

14) Ulah nyolok mata buncelik
“jangan mencolok mata yang melotot”
Artinya: jangan berbuat sesuatu di hadapan orang lain, dengan maksud mempermalukan orang lain.

15) Ulah biwir nyiru rombengeun
“bibir jangan seperti niru yang rusak dan sobek-sobek”
Artinya: janganlah membicarakan sesuatu yang tidak pantas terdengar oleh orang lain, senantiasa mengendalikan diri dalam bertutur kata.

Sesuai dengan sosial solidaritas, bahwa dalam berkehidupan bermasyarakat kita tidak boleh mementingkan diri sendiri tetapi harus mendahulukan kepentingan masyarakat dan keputusan pribadi yang tidak menguntungkan, sesuai dengan sikap yang dikehendaki oleh masyarakat Sunda yang tidak boleh mementingkan diri sendiri, sebagaimana tampak dalam ungkapan berikut ini:

16) Buruk-buruk papan jati
“betapa pun lapuknya kayu jati itu kuat”
Artinya: betapapun besar kesalahan saudara atau sahabat, mereka tetap saudara kita, orang tua tentu dapat mengampuninya.

17) Kaciwit daging kabawa tulang
“tercubit kulit dagingpun terbawa”
Artinya: ikut tercemar karena perbuatan salah seorang sanak keluarga

18)Ulah mapay ka puhu leungeun
“jangan menyusur ke pangkal lengan”
Artinya: janganlah kesalahan anak membawa buruk kepada orang tuanya.

Manusia di muka bumi ini sesuai dengan ajaran agama diwajibkan saling hormat-menghormati, dan saling harga menghargai dengan sesama manusia, sesuai pula dengan sila Pancasila. Dalam masyarakat Sunda pun hal itu tercermin pada ungkapan berikut ini:

19) Wong asih ora kurang pangalé, wong sengit ora kurang panyacad
“orang pengasih tidak kurang pujian, orang yang jelek (pemarah) tidak kekurangan celaan”
Artinya: orang yang pengasih kepada yang lain akan disenangi, dan orang yang bengis akan dibenci.

20) Ana deleng dén deleng, anu rungu dén rungu
“ada penglihatan dilihat, ada pendengaran didengar”
Artinya: jika ada sesuatu lihatlah atau dengarlah dengan patuh, tetapi janganlah dilihat atau didengar dengan tujuan jelek.

Data ungkapan yang telah disajikan, yang merupakan pencerminan dari adanya hubungan antara manusia dengan sesama manusia dalam masyarakatnya sesuai dengan pandangan hidup orang Sunda, juga dengan folkwas, solidarity social, juga tentang fungsi keluarga dan tatasosial dalam masyarakat Sunda.

5. Bagimana pandangan hidup orang Sunda mengatur hubungan anatara manusia dengan Negara dan bangsa?

Hubungan antara manusia dengan negara dan bangsanya, menurut pandangan hidup orang Sunda, hendaknya didasari oleh sikap yang menjungjung tinggi hukum, membela negara, dan menyuarakan hati nurani rakyat. Pada dasarnya tujuan hukum yang berupa hasrat untuk mengembalikan rasa keadilan, yang bersifat menjaga

1. Kudu nyanghulu ka hukum, nunjang ka nagara, mupakat ka balaréa.
“‘harus mengarah kepada hukum, mengarah ke kaki negara, bermupakat kepada orang banyak”
Artinya: harus menjungjung tinggi hukum, berpijak kepada ketentuan negara, dan bermupakat kepada kehendak rakyat.

Masyarakat Sunda memetingkan kerja sama dalam kekeluargaan demi kelangsungan dan kesejahteraan hidup masyarakatnya, sebagaimana tampak dalam ungkapan nomor 8 dan ungkapan berikut ini:

2. Bengkung ngariung bongkok ngaronyok
“melingkar/lengkung dalam berkumpul bungkuk dalam berhimpun”
Artinya: bersama-sama dalam suka dan duka
Dalam hidup bermasyarakat, di dalam masyarakat Sunda kita dituntut agar dapat mengerjakan sesuatu itu lebih mementingkan masyarakat, bangsa, dan negara, sebagaimana tercermin dalam ungkapan berikut ini:

3. Kudu inget ka bali geusan ngajadi
“harus ingat kepada tempat kejadian”
Artinya: harus selalu ingat ke tempat dilahirkan/kelahira

4. Lain palid ku cikiih, lain datang ku cileuncang
“bukan hanyut karena air kencing, bukan datang karena air hujan”
Artinya: bukan hadir tanpa tujuan

5. Dén hormat ka pusaka, luluhur, wong atua karo, guru, lan ratu.
“harus hormat terhadap pusaka, leluhur, kedua orang tua, guru, dan raja”
Artinya: pusaka leluhur, kedua orang tua, guru, dan raja harus dihormati

Masalah yang tidak kurang pentingnya dalam kehidupan masyarakat Sunda ialah bahwa kita harus menjungjung tinggi keadilan dan kebenaran. Seperti tercermin dalam ungkapan berikut ini:

6. Nyuhunkeun bobot pangayon timbang taraju
“memohon pertimbangan”
Artinya: memohon pertimbangan dan kebijaksanaan yang seadil-adilnya, memohon ampun.

7. Yén ana angin bolang-baling, aja gandulan wit ing kiara, tapi gandulana suket sadagori.

“ jika ada angin ribut, jangan berpegang pada kiara, tetapi peganglah tumbuhan sadagori”

Artinya: jika terjadi huru-hara, janganlah berpegang pada yang besar atau berkuasa, tetapi berpeganglah kepada sesuatu yang sering dianggap kecil, yakni kebenaran.

8. Sakunang ananing geni, sadom ananing baraya
“walaupun sebesar kunang-kunang adalah api, walaupun seujung jarum adalah senjata”
Artinya: sekecil apapun milik negara itu harus tetap dipertanggungjawabkan.

Dari hubungan antara manusia dengan negara dan bangsanya, kita dituntut agar taat dan patuh terhadap norma-norma dan aturan-aturan yang dikeluarkan oleh agama atau pemerintah. Mengenai norma dan aturan dalam masyarakat Sunda dapat dilihat dalam ungkapan nomor 27 dan ungkapan berikut ini.

9. Aja nolak kandika pandita ratu
“jangan menolak perintah pendeta/raja”
Artinya: turutilah segala perintah/keputusan atau aturan ulama dan pemerintah.

Ungkapan pandangan hidup yang ada di atas jelas melambangan sebuah harapan agar masyarakat Sunda menjadi manusia yang baik secara individu maupun secara kelompok. Paribahasa atau ungkapan yang diuraikan diatas merupakan sebuah bentuk terjemahan dari arti “Sunda”. Namun yang jadi masalah sekarang adalah apakah arti nama dan pandangan hidup itu sudah dilaksanakan oleh masyarakat Sunda?

Pertanyan Besar ini tidak perlu di jawab disini, semua orang bisa menilai diri pribadi masing-masing. Kalaupun arti nama dan pribahasa itu belum di jalankan bukan salah orang-orang pendahulu memberikan nama, tetapi lebih kepada individu masing-masing.


Kepustakaan

Darsa, Undang Ahmad. 1991. Identifikasi Bahasa Yang Hidup Pada Masa Pakuan Pajajaran. Bogor: Seminar Nasional Sastra dan Sejarah Pakuan Pajajaran.

…………1981. Aksara yang Pernah Digunakan Menulis Bahasa Sunda (Makalah Seminar Nasional Pengkajian Makna HA-NA-CA-RA-KA). Yogyakarta: Balai Kajian Jarahnitra-Lembaga Javanologi Yayasan Panunggalan.

…………2005. Aksara Sunda Kaganga dan Sistem Tata Tulisnya.Bandung: CV. Walatra.

Ekadjati, Edi Suhardi.1983. Naskah Sunda. Inventarisasi dan Pencatatan. Bandung: Kerjasama Lembaga Kebudayaan Universitas Padjadjaran dengan The Toyota Foundation (Laporan Penelitian).

…………..2006. Nu Maranggung Dina Sajarah Sunda. Bandung: Pusat Studi Sunda. Ensiklopedi Sunda. 2000. Jakarta: Pustaka Jaya.

Seri Sundalana 5. 2006. Mencari Gerbang Pakuan dan Kajian Lainnya mengenai Budaya Sunda. Bandung: Pusat Studi Sunda.

Suryani NS, Elis. 1990. Wawacan Panji Wulung: Sebuah Kajian Filologis. (Tesis). Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran.

Suryani NS, Elis. 2005. Teori Filologi. (Diktat Kuliah). Bandung:

Cocoretan

Cocoretan teh hobi abdi jaman kokoboyan jaman CHOLA ( chokor ladog ), BBC (buah batu Boy Club) , Mediba ( meleng dikit bacok cengcelengan budak) etamah teu sirikna unggal sakolaan, jalanan, tembok2, pager2, pinuh ku seratan Chola,ka jongkojongko tukang bubur sareng tukang soto seep ku seratan Chola, sakali mangsa pun biang ka pasar, naatuh gantawang teh , Ade kadieu eta si hola dimana mana saha tateh anu cocoretan kitu teh, saur abdi teh teterang etamah barudak beling, sareng tukang bendi ( beca ) bari ngaleos sieun kapanggih, sakieu we heula cik tiasa teu.


Wassalam , Ade F

CEWEK KARAOKE

Beres kantor sore itu gue buru-buru pulang. Bukan kebelet! Ini malem gue memang dah janjian ama cewek yang dikenalin si Roy sohib gue. Wah, musti buru-buru nih, soalnye gue kagak mau telat ketemu dia. Dia dah pilih tempat makan yang ada tempat karaokenya, bodo amat dah pokoke male mini gue kencan. Jangan sirik ye pembaca yang kadang-kadang budiman!

Pendek kata gue dah ketemu dia nih, kencan gue nih cantik walaupun giginya gak terlalu beraturan, gue kira itu bukan masalah besar. Apalagi dia ngakunya kerja sebagai sekertaris di perusahaan yang cukup ternama, oke deh.

Obrolan demi obrolan mengalir saat makan malam, hmmm….cukup tinggi omongannya. Dia berasal dari keluarga yang cukup di Indonesia, kakeknya orang terkenal. Dan banyak lagi cerita tentang dirinya sendiri, wah gue rada nyengir juga soalnye yang dia banggakan dirinya meluluuu….kayaknya dia itu tercantik, terkaya dan terpandai. Wah, biar pun gue bukan orang kaya, tapi gue juga bukan cowok matre. Buat apa cantik kalau sombong dan egois, nih cewek bukan tipe gue deh. Gue anak singkong, cewek cantik, pinter tapi sederhana itu favorit gue. Dah feeling nih kalau kencan gue malam ini bakalan pendek umur.

Abis makan malem, waktunya karaokean. Restoran ini memang dah dilengkapi karaoke, makanya kalau malam minggu gini agak penuh. Dia keliatan pede banget naro namanya di list. Gue agak kagum juga, wah bener-bener pede nih cewek.

Tiga orang dah nyanyi di panggung, dua cewek dan satu cowok sepantaran gue. Lumayan suara mereka enak didengar. Giliran cewek gue naek panggung nih, gue penasaran deh dia bisa nyanyi apa kagak? Gue support aja dia, “Ayo Dee (baca DI), maju!” gue semangatin dia. Cewek gue naek ke panggung dengan semangat.

Musik intro mengalun, lagunya Christina Aguilera nih….’Genie in the bottle’. Tiba-tiba kuping gue nangkep suara yang kagak beres. Cewek gue si Dee ini nyanyi dengan lengkingan dan nada yang samasekali gak pas, tapi dia kayaknya kagak sadar diri….tetep aja nyanyi. Wadduuuh maaak…..! Gue kagak bisa ngebayangin warna muke gue waktu itu, gue ketawa abiis liatin si Dee nyanyi dengan suara kayak begitu. Lebih mirip lolongan daripada nyanyian, sueerrr…! Eehh…dia joget lagi niru-niru gaya Christina Aguilera yang rada meliuk-liuk. Ca ilahhh….!

Gue kagak tau nih muka mau ditaro dimana, gue maluuu……banget. Pembacaaa….berbuatlah budiman kali ini untuk nolong gue biar lenyap dari tempat ini atau pembaca bisa naro si Dee ke dalam botol biar kagak keliatan lagi dan suaranya gak kedengeran lagi…toloooong!

Ehh..gue lagi celingukan buang muka, si Dee ngajak gue joget di panggung lagi! Gue pura-pura aje kagak kenal siape dia. Pas dia lagi muter ngadep ke arah lain, gue langsung pura-pura ke toilet dan kabur.
Mending pulang deh gue, kapok gue ngajak tuh cewek karaoke. Kagak lagi deh Mak. Biar pun dia cantik dan kaya, mendingan nggak deh. Gak kuat ama lolongannya.

Sorry girls jangan ngajak kencan dulu ya, malam ini gue mau meditasi!
(Oleh: Yati Symington)

Hati-hati Penipu di Melbourne!

Bagi warga Indonesia di Melbourne dan siapa saja yang senang berjalan-jalan di Melbourne, berhati-hatilah jika anda ditanya oleh seorang laki-laki berperawakan agak gemuk, bermata sipit, berkulit agak kuning, umurnya kira-kira 54-57 tahun. Ciri-ciri lain, berbicara dengan logat Bali (entah dibuat-buat atau tidak) dan rambut disisir rapi ke belakang.

Dia akan membual cerita bahwa dia kehilangan dompet, dia selalu mengaku datang dari daerah yang jauh seperti Mildura, Sydney, atau tempat-tempat lain yang jauh dari Melborne, agar sang korban kasihan dan memberinya uang banyak untuk membeli tiket. Apalagi orang Indonesia gampang berbelas kasihan pada sesama bangsanya.

Jika anda bertemu dengan orang dengan ciri2 seperti di atas, ajaklah ke kantor stasiun terdekat agar mendapat bantuan dari ‘TRAVELLER AIDS’ atau Security Guard. Jika ia menolak, berarti dia BOHONG, tidak kehilangan dompet. Hanya untuk dapat uang Cuma-Cuma saja. Kalau anda sempat berbicara dengan dia dan dia menanyakan nomor telepon anda jangan diberitahu karena dia akan menelepon anda dan langsung mendeletenya, agar tidak bisa dilacak. Memungkinkan semua informasi kontak di handset anda akan hilang.

Sekali lagi, hati-hati dengan penipu ini karena menurut laporan para pelajar Indonesia di Melbourne, sudah banyak yang tertipu oleh dia. Informasi ini diperoleh dari orang-orang yang sudah tertipu sejak tahun lalu. 
(Y. Symington)

KEMAJUAN PENDIDIKAN DI TANAH AIR

Oleh Dra. Yati Ningrum Symington, MEd 

Masalah pendidikan bukanlah masalah baru dan juga tidak bisa dianggap sebagai masalah ringan, karena pendidikan akan melibatkan setiap individu dan keseluruhan sistem yang ada di dunia, bukan hanya di Indonesia saja.

Kalau kita bicarakan sistem pendidikan secara menyeluruh, tentunya banyak sekali yang akan kita bahas dan penuntasannya akan memakan waktu yang sangat lama. Marilah kita lihat kemajuan pendidikan kita dari beberapa aspek yang bisa kita lihat dampaknya sekarang ini, aspek-aspek yang ini perlu kita perhatikan karena dampaknya sangat cepat mempengaruhi perubahan pola pikir dan gaya hidup masyarakat kita.

Kemajuan dalam ‘kemampuan baca-tulis’ penduduk. 
Sebuah negara dinilai sebagai negara maju atau berkembang, biasanyadilihat dari seberapa banyak jumlah penduduk yang sudah tidak buta huruf lagi. Aturan itu pun berlaku di negara kita sebagai ukuran untuk kemajuan suatu daerah. Sebuah daerah dianggap ‘belum maju’ jika penduduknya masih banyak yang buta huruf. Untuk Propinsi Banten yang terhitung sebagai Propinsi muda, jumlah penduduk yang ‘melek aksara’ sudah cukup banyak. Menurut Hendri (Guru MTs. Ar-Rohmah Cisoka): 

“Angka buta aksara tertinggi berada di kabupaten Lebak. Dari penduduk 15.674 jiwa, yang mengenyam pendidikan tingkat sekolah dasar hanya 10%, sedangkan tingkat SLTP 20% dan SLTA 40%. Beda halnya dengan kabupaten lainnya yang berada di provinsi Banten. Yang justru tingkat buta aksara paling sedikit. Seperti kabupaten Tangerang. Walaupun jumlah penduduknya terpadat dan terbanyak, angka putus sekolah dan buta aksara hanya 20%. Serang 30%, Pandeglang 40% dan Rangkas Bitung 50%. Ini untuk data sekolah dasar, belum lagi data untuk SLTP dan SLTA. Data tersebut sudah menjadi bukti nyata bahwa masih ada segelincir daerah yang harus diprioritaskan masalah pendidikannya.“ (dikutip dari http://www.humas.untirta.ac.id/Academia/BarometerdanSiklusPendidikanBanten.html).

Walaupun masih ada penduduk yang ‘buta aksara’ di Banten, namun tidaklah menjadi penghalang untuk tetap memajukan pendidikanBanten dengan berbagai cara, pemberantasan ‘buta aksara’ ini dapat dikurangi dengan
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan informal dan formal termasuk memfasilitasi daerah-daerah yang sulit terjangkau modernisasi dengan perpustakaan-perpustakaan sederhana, tentunya kampanye program pemerintah harus terus dibina dan digalakkan.
Selain itu, jumlah penduduk yang ‘buta aksara’ akan semakin menipis seiring dengan perkembangan teknologi, karena kemajuan teknologi dapat mengakselerasi kemampuan membaca seseorang. Tidak hanya kemampuan literasi saja yang terpacu tapi juga usaha menanamkan pemahaman dalam proses belajar.

Kemajuan dalam pengenalan dan penggunaan teknologi.
Amerika sering dijadikan contoh sebagai sebuah negara yang sudah maju. Mengapa? Karena orang bisa melihat bagaimana sistem kehidupan di sana dikendalikan oleh mesin-mesin berteknologi tinggi. Mulai dari mencuci piring sampai membuat bangunan raksasa, semuanya tidak terlepas dari teknologi. Bagaimana dengan Indonesia? 

Walaupun kita belum bisa memperkenalkan teknologi tinggi ke seluruh daerah di Indonesia, setidaknya generasi sekarang sudah mengenal komputer sebagai alat bantu belajar, masyarakat di pedesaan sudah sangat biasa dengan penggunaan HP (Hand Phone) dimana dalam bahasa Inggris sehari-hari disebut ‘mobile’. Kita juga sudah mengenal mesin-mesin moderen yang kita import dari Negara-negara Barat, bukan karena kita kaya, tapi karena kita tidak bisa membuatnya sendiri. Sampai-sampai bis kota pun harus kita import dari India.

Indonesia sebenarnya sudah cukup maju dengan fasilitas-fasilitas teknologi, sayang sekali penyebaran teknologi ini tidak dibarengi dengan Sumber Daya Manusia yang terampil dan terlatih, jadi untuk memenuhi kebutuhan ini, bangsa Indonesia masih tergantung kepada tenaga ahli asing yang didatangkan dari luar. Namun jika kita menengok ke belakang, kita akan bisa membandingkan keadaan sebelum era pembangunan dengan keadaan sesudah memasuki era pembangunan. Saya masih teringat waktu ayah saya membeli sebuah televise hitam putih, yang waktu itu masih sangat jarang dimiliki. Rumah kami jadi seperti bioskop kecil, karena banyak tetangga yang ingin ikut menonton TV juga. ‘Kotak gambar’ itu masih merupakan barang langka sewaktu saya kecil, tapi sekarang televisi bukan barang yang aneh lagi. Teknologi per-televisian- sudah jauh lebih canggih, teknologi digital sudah diterapkan dalam program TV dengan penampilan gambar ‘High Definition’ yang lebih jernih dan jelas.

Propinsi Banten pun tidak mau ketinggalan dengan kemajuan teknologi ini. Penggunaan e-book di sekolah-sekolah mulai diperkenalkan walaupun pada pelaksaannya tidaklah mudah. Buku-buku persekolahan berbahasa Indonesia sekarang ini telah tersedia di situs: bse.depdiknas.go.id

Di samping itu, daerah Tangerang sudah memiliki sekolah-sekolah Internasional yang cukup marak dan menjamur di mana-mana, walaupun kualitasnya masih dipertanyakan.

Kemajuan dalam peningkatan kualitas para pendidik 
Dibandingkan tahun-tahun ke belakang, akhir-akhir ini kualifikasi pengajar mulai diperhatikan. Sejak Pemerintahan Habibie, urang lebih 13 tahun lalu, pengiriman guru ke luar negeri untuk belajar dengan bantuan beasiswa lewat pemerintah mulai ditingkatkan. Sebelumnya, beasiswa adalah barang yang sangat-sangat langka, sekarang dengan melebarnya network dan akses
internet yang sangat cepat, membuat semua proses mendapatkan beasiswa jauh lebih mudah dan cepat. Dalam hal ini, Internet sangat membantu program peningkatan kualitas para pendidik.

Mengapa kualitas para pendidik harus ditingkatkan? Hal ini tidak seharusnya dipertanyakan lagi, karena perubahan berputar dalam hitungan detik. Bagaimana mungkin seorang pendidik akan mengajarkan sesuatu yang tidak dia ketahui perkembangannya? Bagaimana mungkin seorang guru masih mengajarkan hal yang sama dari tahun-ke tahun sementara anak didiknya tahu lebih banyak daripada gurunya karena setiap hari dia ‘menongkrongi’ komputer, sedangkan gurunya tidak tahu cara menggunakan komputer?

Bagaimana mungkin para pendidik hanya mengulang pelajaran yang sama dari tahun ke tahun sementara banyak perubahan terjadi di sekelilingnya? Akankah anda menutup mata? Bagaimana dengan anak didik yang menuntut anda menjadi pembimbing untuk masa depan mereka? Karenanya peningkatan kualitas pendidik sangat penting demi kemajuan pendidikan kita.
Untuk meningkatkan kualitas, tidak harus menunggu perintah atasan, bertindaklah kreatif karena ilmu itu ada di mana-mana. Anda bisa mengumpulkan banyak informasi dari koran yang sudah dibuang orang, dari
radio, televisi, internet, hp, buku, dll. Yang diperlukan hanyalah kemauan untuk menggali dan mengembangkan informasi yang sudah anda dapat. 

Berkreasilah seperti seorang seniman, selalu mencoba menciptakan karya seni yang kontemporer. Demikian juga mengajar, teruslah cari metode-metode baru sebagai cara efektif untuk menanamkan pengertian kepada
anak didik, walaupun itu metode local, karena metode luar belum tentu cocok dengan kondisi anak didik kita.

Begitu pula kemajuan pendidikan di Banten akan sangat ditentukan oleh Pemerintah Daerah dan potensi para pendidiknya. 

“Naik turunnya pendidikan Banten tidak terlepas dari para pendidik atau guru sebagai subyek pendidikan itu sendiri. Sebagai tenaga pengajar yang masih honorer, sukwan, maupun yang sudah PNS terkadang enggan untuk belajar kembali. Setelah mereka menjadi guru malas melakukan inovasi-inovasi baru. Sehingga dalam proses pengajaran menjadi monoton.” (Barometer dan Siklus Pendidikan Banten)

Kesimpulan
Sebagai akhir kata, saya hanya menarik benang merah dari permasalahan pendidikan di Indonesia dengan diwakili oleh tulisan Prof. Nelson Tansu, PhD:

“Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan (yg sebenarnya sudah cukup baik) di lapangan yg disebabkan sulitnya menyediakan guru2 berbobot untuk mengajar di daerah-daerah.

Sebenarnya kurikulum Indonesia tidaklah kalah dari kurikulum di negara maju, tetapi pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal. Implementasi pendidikan yg kurang benar.

Kurang sadarnya masyarakat mengenai betapa pentingnya pendidik dalam membentuk generasi mendatang sehingga profesi ini tidak begitu dihargai dan dipandang sebelah mata.

Kultur belajar bukanlah masalah utama tetapi kultur masyarakat secara keseluruhan karena tidak disadarinya pendidikan adalah investasi bangsa. 

Terlalu seringnya sistem pendidikan digonta-ganti tergantung kondisi politik, padahal itu bukanlah masalah utama, yg menjadi maslah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal. 

Kurangnya pemerataan di daerah. 

Terbatasnya fasilitas untuk pembelajaran baik bagi pengajar dan yg belajar. Hal ini terkait terbatasnya dana pendidikan yg disediakan pemerintah.”


Nasihat saya untuk kemajuan setiap orang:

“ JADILAH PENCETUS IDE, BUKAN PENCARI IDE!”

Sister School Indonesia -Australia

Kerjasama pendidikan Indonesia-Australia dina bidang pendidikan nuju teras dibina. Khususna dina bidang kerjasama pendidikan antawis sakola sareng sakola. Tahun 2008 tos sumping rombongan ti SMA Negeri 1 Serang ngayakeun student exchange ka Mac Robertson Girls High School Melbourne.

Salami 10 dinten para siswa home stay di bumi mitra Australia. SMA Negeri 5 Bandung oge nuju mitembeyan hubungan sareng Billanook Secondary College. Sasih Juni 2010 rombongan sakola ti Diknas Tangerang Selatan bade sumping ka Bendigo, Castlemaine, Somerville oge dina raraga ngajalin sister school.

Dina nanjeurkeun kagiatan ieu sim kuring dirojong pisan ku pangersa Pak Ade Faesal baik secara organisasi oge pribadi. Rerencangan anu janten mediator kanggo kagiatan ieu nyaeta: Peter Waterworth (urang Australia), Ahmad Bukhari (Monash Uni), sareng sim kuring-Herli Salim (Deakin Uni). Organisasi Persatuan Warga Indonesia di Victoria (PERWIRA) janten mitra kerjasama kanggo ngadukung kagiatan sister school salami ieu. Kalintang bingahna kanggo kapayun upami wargi-wargi di Paguyuban Pasundan tiasa ngarojong kana kagiatan ieu. Kanggo langkung paosna kagiatan sister school tiasa diuninga di: http//www.sisterschoolsausindo.blogspot.com.

Mangga haturan oge salam kenal ka sadayana.
Herli Salim
Mediator Sister School

Apa Kabar

Kumaha Damang, Hidup Persib, Hidup Paguyuban Pasundan Cabang Melbourne

Salam Urang Sunda
Kang Teddy

Neng Geulis - Indomonashis - Satay Festival 2010

Manuk Dadali - Indomonashis - Satay Festival 2010

Bubuy Bulan - Indomonashis - Satay Festival 2010